SELAMAT DATANG SAHABAT.......

SAATC-254 SELALU MENYAMBUT ANDA DENGAN SENYUM
HIASI HIDUP DENGAN IMAN DAN KEBANGGAAN TERHADAP AGAMA ISLAM

Selasa, 13 Januari 2009

Abbas Kehilangan Wibawa




Popularitas Presiden Palestina Mahmoud Abbas turun pada titik terendah. Menurut banyak warga Palestina di Tepi Barat Sungai Yordan, Abbas (73) tidak tahu lagi apa yang terjadi di kalangan warganya, juga tidak di wilayahnya Ramallah tempat dia berkuasa.

Tak lama setelah tengah malam, alun-alun di tengah kota Ramallah dipenuhi orang yang setiap hari berdemonstrasi memprotes serangan Israel di Jalur Gaza. Para demonstran menyanyikan lagu-lagu Palestina, "Demi Allah, kami semua orang Palestina. Israel mati!"

Tiba-tiba terjadi panik. Seperti dilaporkan koresponden Radio Netherlands David Poort, semua orang berlarian. Gas air mata memenuhi alun-alun Ramallah, sementara pasukan anti huru hara pemerintah Palestina menahan banyak demonstran. Konon ada orang yang melambai-lambaikan bendera Hamas dan itu dilarang oleh pemerintah Palestina. Menyerukan yel-yel Hamas juga dilarang.

Pasukan anti huru hara diperintahkan oleh Presiden Mahmoud Abbas untuk tidak lama membiarkan demonstrasi. Setelah satu jam alun-alun Ramallah berhasil disapu bersih. Para demonstran diperintahkan mengosongkan jalan-jalan supaya lalu lintas kembali lancar.

"Abbas ingin unjuk gigi bahwa dia tetap berkuasa," kata Lena, seorang demonstran dari Ramallah. "Tapi bagi saya ia sudah kehilangan wibawa karena bersikap lembek terhadap perang di Gaza. Ini bukan Hamas lawan Fatah. Ini lebih merupakan rakyat melawan pemerintah Palestina."

Serangan Israel di Jalur Gaza tak pelak lagi berhasil mendongkrak popularitas Hamas di Tepi Barat Sungai Yordan. Sedangkan pemerintah Palestina makin kehilangan dukungan.

"Di jalan-jalan berkecamuk perasaan persatuan di kalangan orang Palestina, tetapi orang tetap dilarang menyuarakan dukungan terhadap Hamas," begitu Lena mengeluh. "Abbas hanya bisa omong, tidak bertindak. Hamas sekarang memimpin perlawanan terhadap Israel."

Terjepit

Presiden Palestina memang terjepit di tengah-tengah situasi yang tidak mungkin. Israel dan Amerika Serikat mengangkatnya sebagai pemimpin moderat bagi negara Palestina merdeka di masa depan. Kesepakatan ini juga berarti harus bisa menyingkirkan Hamas. Tetapi, karena gagalnya perundingan terakhir dua tahun silam, Abbas sekarang tidak punya andalan lagi.

Pada tahun 2005, Abbas dipilih untuk jabatan selama empat tahun. Resminya, masa jabatan itu berakhir 9 Januari lalu, tetapi Abbas menolak mundur, menurutnya jabatannya baru akan berakhir tahun 2010.

Di pinggir alun-alun Ramallah, didirikan sebuah tenda yang sarat dengan bahan pangan dan selimut. Di sini dihimpun bahan bantuan oleh PBB untuk diangkut ke Gaza. Ini adalah gagasan spontan warga Ramallah, bukan pemerintah Palestina.

Beberapa hari lalu, pemerintah Palestina mulai mengadakan aksi pengumpulan bantuan. Tenda pemerintah tegak tidak jauh dari tenda PBB, tapi tak seorang pun datang dengan sumbangan. "Mereka hanya meniru kami," kata Amjad Taweel, pengurus Pusat Pemuda Palestina di Ramallah. "Mereka mendirikan tenda di sebelah kami. Dan itu baru mereka mulai. Mereka sangat terlambat. Mereka baru mulai setelah rakyat memulainya."

Tidak setuju

Amjad Taweel sendiri tengah menumpuk bantuan pangan di dalam tenda. "Saya bukan pendukung Hamas, saya justru anti mereka, tetapi saya dukung saudara-saudara kami di Gaza." Abbas harus melihat rakyatnya menderita di bawah pendudukan Israel. Demikian Taweel.

Tak lama setelah serbuan Israel ke Jalur Gaza dimulai, Presiden Abbas langsung menyalahkan Hamas. Kalau saja Hamas bersedia memperpanjang gencatan senjata yang berlaku sampai pekan lalu, maka Israel tidak akan punya dalih untuk melancarkan serangan. Demikian pikiran Presiden Abbas. "Sudah berkali-kali saya peringatkan mereka," kata Abbas tak lama setelah Israel menghunjamkan bom mereka.

Tapi banyak orang Palestina tidak setuju dengan pendirian presiden mereka. Bahkan mereka marah karena Presiden Abbas tidak sepenuhnya mendukung rakyat Gaza. Bagi mereka satu-satunya penyebab perang adalah pendudukan Israel.

ONO
Sumber : Radio Netherlands

2 komentar:

  1. Mahmoud Abbas hanya boneka mainan zionis. harusnya seluruh pemimpin-pemimpin arab bersatu. Kenyataanya mereka diam dan hanya melihat saja, tatkala saudara seiman mereka dibantai isrel. Kepentingan agama bukan lagi menjadi prioritas mereka, tapi takut kehilangan kepentingan diplomatik yang sudah dibangun selama ini. seandainya mesir membuka satu pintu saja, maka saya yakin seluruh umat Islam akan masuk dan berjihad melawan tentara iblis israel laknatulloh. Wa'tasimuu bi hablillahi jami'aa walaa tafarroquu (Berpeganglah pada agama Allah dan jangan bercerai berai)

    BalasHapus
  2. satukan hati...jihad for Palestine !

    BalasHapus